Anda berada di halaman:

Sistem Pembelajaran Program Profesi

Proses pembelajaran di pendidikan profesi lebih ditekankan pada pembentukan dan pengembangan profesionalisme para mahasiswa sebagai bekal menjadi seorang dokter yang profesional dan humanum. Variabel yang berkorelasi dengan pengembangan profesionalisme antara lain:

  • Kejelasan peran, mahasiswa sebagai pembelajar dan bagian dari tenaga kesehatan
  • Dukungan sosial
  • Beban kerja
  • Penekanan pada belajar
  • Kualitas supervisi
  • Kesempatan praktek (observer, pelaksana, peer-support)

Pembelajaran pendidikan profesi juga disusun secara sistematik dan terstruktur, selain menerapkan pendekatan apprenticeship. Pembelajaran yang sistematik tersebut dibuktikan dengan adanya Capaian Pembelajaran Mata Kuliah atau dalam konteks P3D FK UNPAR disebut dengan Capaian Pembelajaran Stase (CPS). Dalam penyusunan capaian, telah disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai seorang dokter dengan standar nasional (SKDI/SNPPDI). Proses pendidikan profesi dilaksanakan dengan strategi pembelajaran SPICES dengan beberapa aspek tambahan seperti pembelajaran yang berpusat pada pasien berdasarkan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, dilaksanakan dalam setting pelayanan kesehatan yang aman dan beretika. 

Dalam pencapaian kompetensi dan pengembangan profesionalisme ini dibutuhkan metode-metode pembelajaran yang sesuai dan menunjang untuk merealisasikan CPS yang disusun. Bentuk – bentuk metode pembelajarannya antara lain berupa:

  1. Bedside teaching (BST) dalam setting pelayanan klinik yang aman dan beretika, dilakukan di poliklinik, rawat inap, unit gawat darurat, intensive care dan ruang operasi. BST dilaksanakan dalam kelompok kecil terdiri dari 2-5 orang dokter muda (preceptee), dengan keterlibatan pasien, dan dilakukan di bawah supervisi oleh dokter pembimbing klinik (preceptor). Dilakukan secara terjadwal minimal 1 jam per dosen per hari. 
  2. Diskusi kasus (case-based discussion) dilaksanakan di ruang bimbingan (luring ataupun daring) oleh dosen pembimbing klinik dan kelompok preceptee-nya. Kasus yang dibahas adalah kasus yang dipelajari saat BST dan atau temuan kasus lainnya yang menunjang capaian pembelajaran. Secara umum, metode yang digunakan adalah mahasiswa mempresentasikan kasus dengan menerapkan SNAPPS. Sebagai metode pembelajaran student centered, SNAPPS terdiri dari: (1) Summarize briefly the history and findings; (2) Narrow the differential to two or three relevant possibilities; (3) Analyse the differential by comparing and contrasting the possibilities; (4) Probe the preceptor by asking questions about uncertainties, difficulties, or alternative approaches; (5) Plan management for the patient’s medical issues; and (6) Select a case-related issue for self-directed learning. Namun metode tersebut dapat menyesuaikan konteks pembelajaran yang sedang dilakukan dan memungkinkan untuk dimodifikasi agar capaian yang diinginkan dapat diraih secara lebih optimal. 
  3. Mini lecture/meet the expert, merupakan forum diskusi ilmiah antara dokter muda dengan pakar dari masing-masing departemen ataupun dosen tamu yang merupakan pakar dibidangnya. Dalam pelaksanaannya, dosen ahli yang dapat diundang pada mini lecture dapat melibatkan lebih dari satu bidang keilmuan sehingga integrasi secara horizontal dan vertical tetap dapat terlihat dalam pembelajaran tersebut. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara daring maupun luring.
  4. Clinical Science Session yaitu suatu forum bagi mahasiswa untuk membahas salah satu topik yang berkaitan dengan kompetensi dan masalah kesehatan yang ditemui di departemen bersangkutan. Bentuk kegiatan ilmiah ini dapat berupa: 
  • Journal reading and critical appraisal, mahasiswa diwajibkan untuk membuat intisari buku teks dan melakukan telaah kritis atas jurnal ilmiah 
  • Membuat tinjauan pustaka atau referat yang dipresentasikan dalam seminar mini 
  • Case report, berupa laporan hasil pemeriksaan, rencana penetalaksanaan pasien serta analisis kasus yang diperoleh melalui bed side teaching 
  • Menyusun rencana dan laporan kegiatan atau tugas mandiri lainnya, 
  1. Pelatihan keterampilan yang terdiri dari:
  • Keterampilan laboratorium sederhana melalui stase patologi klinik. Pelatihan ini terintegrasi dengan keilmuan klinik lain yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan aplikasi dan pemahaman teori dalam mendiagnosis dan pengenalan masalah kesehatan. Selain itu, keterampilan laboratorium juga diharapkan dapat memberikan penguatan pengetahuan dalam penatalaksanaan medis yang diperoleh saat perkuliahan/tutorial baik di tahap sarjana maupun profesi dan sesuai standar kompetensi. Pelatihan keterampilan laboratorium sederhana yang dilakukan adalah keterampilan laboratorium dasar yang harus dikuasai dokter umum sesuai dengan standar kompetensi nasional.
  • Skills Lab di tahap profesi lebih ditujukan selain untuk memantapkan keterampilan klinik yang sudah didapat di program sarjana, namun juga untuk mempersiapkan baik secara skill maupun kepercayaan diri mahasiswa sebelum berhadapan langsung dengan pasien dan melakukan pelayanan kesehatan dibawah supervisi. Pelatihan skills lab dapat dilaksanakan secara langsung di wahana pendidikan ataupun terfasilitasi di fakultas kedokteran UNPAR. Umumnya kegiatan ini terjadwal pada minggu awal stase rotasi klinik, namun dapat dilakukan secara serial dengan tolok ukur capaian pembelajaran.  
  • Pengalaman belajar dengan supervisi (supervisor-based), baik kegiatan sebagai observer (hands-off), pelaksana (hands-on), atau sebagai peer reviewer sesuai dengan standar tingkatan kompetensi yang diperlukan. Tindakan klinik yang dilakukan para dokter muda berada dalam tanggung jawab preceptor. 
  • Keterampilan penulisan resep menggunakan buku log khusus yang diberikan pada awal stase dan digunakan sepanjang stase rotasi klinik. Keterampilan ini berkorelasi secara langsung dengan rasionalitas pemilihan obat-obatan yang tepat untuk masing-masing pasien pada kondisi yang berbeda. Dalam pelaksanaannya, log book tersebut akan dievaluasi secara berkala/simultan di akhir periode rotasi klinik sebagai bagian dari stase farmakologi klinik. Penulisan resep dan rasionalisasi pemilihan obat dapat dibahas secara simultan di forum-forum lain di wahana pendidikan yang sesuai dengan mengundang ahli farmakologi klinik. 
  1. Tugas jaga malam beserta laporan jaga (work place learning), pengalaman belajar ini untuk melatih mahasiswa tahap profesi merasakan pengalaman belajar aktif dengan tekanan pelatihan keprofesian baik di IGD, rawat inap, ruang bersalin dan intensive care, hal ini dilakukan untuk mempersiapkan mahasiswa beradaptasi dan siap saat dihadapkan pada situasi kerja setelah mereka lulus menjadi dokter. Umumnya tugas jaga malam diikuti dengan morning report, yaitu kegiatan untuk membahas pasien-pasien yang ditangani saat jaga malam. Forum morning report dapat dilakukan secara terintegrasi antar bagian di dalam satu wahan sehingga mahasiswa mendapatkan sisi pandang yang lebih komprehensif dalam mengelola masalah pasien. 
  2. Pengabdian Kepada Masyarakat berupa stase Community and Primary Health Care dilaksanakan di berbagai daerah yang bekerjasama dengan FK UNPAR, khususnya daerah-daerah dengan keterbatasan sumber daya. Program ini secara langsung memungkinkan integrasi seluruh ilmu kedokteran yang telah dipelajari sebelumnya. Secara spesifik, mahasiswa ditantang untuk melakukan eksplorasi lebih jauh dan menjadi bagian dari solusi terkait kedokteran pencegahan, kedokteran komunitas, kedokteran keluarga dan kesehatan ibu dan anak sebagai kekhasan FK UNPAR. Dalam pelaksanaannya, mahasiswa akan disupervisi oleh dokter-dokter mitra atau pembimbing klinik yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya, sehingga capaian pembelajaran tetap dapat terakomodasi dengan baik. 
  3. Seminar, kegiatan seminar yang dilaksanakan oleh masing-masing departemen atau secara integratif di wahana pendidikan. Seminar bertujuan untuk melatih mahasiswa berperan aktif ikut serta dalam kepanitiaan seminar dan juga sebagai peserta seminar untuk menambah wawasan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan seminar dapat mengundang ahli dibidangnya atau narasumber lain yang memiliki pengalaman yang tepat sesuai dengan topik yang dibahas. Kegiatan ini tetap memiliki acuan CPS namun tidak selalu ada kegiatan evaluasi (assessment). Kegiatan seminar dapat dilaksanakan secara daring ataupun luring dengan tetap memerhatikan target capaian pembelajaran. 
  4. Metode pembelajaran lain yang dapat diterapkan pada jenjang profesi dapat berupa:  
  • Studi/proyek mandiri
  • Kegiatan pengembangan inovasi dan relasi
  • Asistensi mengajar di satuan pendidikan atau bentuk magang lainnya
  • Penelitian dan Publikasi

Penerapan metode-metode pembelajaran tersebut perlu mendapatkan masukan dari ahli dan berdiskusi dengan tim pengampu stase, serta mahasiswa yang terlibat di dalamnya. Acuan utama penentuan kegiatan belajar seperti yang tertera diatas adalah capaian pembelajaran stase yang telah disusun. 

Pelaksanaan proses pembelajaran pada jenjang profesi berlangsung dalam bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, pasien, masyarakat dan sumber belajar lainnya dalam lingkungan belajar tertentu sesuai kurikulum. Ruang lingkupnya yaitu: ruang kelas, laboratorium keterampilan medik, laboratorium keterampilan klinik, rumah sakit pendidikan, puskesmas dan jejaring lainnya. Beban belajar mahasiswa dan capaian pembelajaran lulusan pada proses pendidikan kedokteran dinyatakan dalam satuan microsystem (stase). Berbeda dengan konversi sistem SKS dalam bentuk blok di jenjang sarjana, pada jenjang profesi penentuan bobot SKS dapat tergambar dari lamanya stase tersebut dilakukan. Hal ini disebabkan karena fleksibilitas jam belajar dan kegiatan di wahana pendidikan yang sangat bervariasi. Secara umum dua minggu pembelajaran di jenjang profesi disetarakan dengan bobot 1SKS.  

Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi lulusan berdasarkan standar nasional yang berlaku. Secara khusus pada jenjang profesi akan lebih menitikberatkan kompetensi yang harus dikuasai pada tingkat 3A, 3B, dan 4A (SKDI 2012). Kompetensi tersebut dapat dimodifikasi tanpa mengurangi standar minimal yang telah disyaratkan dengan mempertimbangkan masalah kesehatan lokal, isu spesifik (budaya, sosial, ekonomi) yang dihadapi rumah sakit pendidikan/wahana pendidikan lainnya. Sehingga pendidikan kedokteran P3D FK UNPAR tetap memerhatikan aspek keselamatan pasien, masyarakat, mahasiswa dan dosen.